PAT/UJIAN SEMESTER : Akan dilaksanakan pada tanggal 6 - 11 Juni 2022 dengan tetap mengikuti protokol kesehatan/menjaga jarak. PELANTIKAN : Pengurus OSIS 2022 masih menunggu konfirmasi.

April 23, 2011


JADIKAN ‘MASALAH’ MENJADI PELUANG
(catatan untuk para pelajar dalam menyikapi UN)
Setiap manusia yang hidup pasti memiliki ‘masalah’ baik masalah itu besar atau kecil. Dan sayangnya tidak setiap orang dapat mengatasi/menghadapi masalah secara ‘positif’ , akhirnya malah menimbulkan masalah baru pula. Baru-baru ini diberbagai mass media baik cetak maupun elektronik diberitakan seorang ibu kandung di Jakarta tega ‘menghabisi’ nyawa putri kandungnya dengan bantuan teman-temannya karena ‘sakit hati’ kepada putrinya tsb. Atau dilain berita tidak jarang kita jumpai ‘peristiwa bunuh diri’ karena putus asa dengan penyakitnya,karena malu,karena beban hidup ,dst,tidak jarang pula kita menjumpai dijalanan manusia yang sudah hilang kesadaran (gila) karena ketidakmampuannya mengahdapi berbagai tekanan hidup. Dan semua yang dituliskan tersebut diatas bisa terjadi karena ‘ketidakmaampuan’ didalam memenej segala problem (masalah) secara positif disamping kurangannya pengendalian diri serta hilangnya kesadaran ‘logika’ untuk berfikir kreatif. Peristiwa-peristiwa ‘ekstrim’ seperti ini tidak hanya menimpa kalangan orang dewasa saja tetapi juga menimpa kalangan remaja dan anak-anak. Di Jepang setiap tahun banyak ditemukan kasus bunuh diri dikalangan pelajar karena kegagalan mereka untuk masuk sekolah ataupun universitas yang mereka inginkan. Di Indonesia sendiri beberapa waktu yang lalu ada kasus ‘bunuh diri’ karena tidak lulus UN.
“Allah tidak akan pernah memberikan cobaan (masalah) kepada seorang manusia, jika manusia itu tidak sanggup menghadapinya”,kalimat tersebut sering kali kita dengar dari para ulama ataupun para orang tua ketika memberikan nasehat kepada orang atau keluarga yang tertimpa musibah. Tapi seringkali kalimat tersebut tidak dihayati dan dimaknai secara dalam,sehingga kemudian yang muncul adalah keputus-asaan, dan akibatnya yang terjadi adalah tindakan-tindakan yang cendrung negatif dan merugikan tidak hanya terhadap diri sendiri tetapi juga terhadap orang lain.Seperti halnya juga para pelajar sekarang yang sedang duduk ditingkat terakhir apakah itu tingkat SD, SMP, ataupun SLTA, untuk menyelesaikan pendidikannya harus melewati Ujian Nasional (UN). Banyak pelajar yang merespon berbeda dalam menghadapi ‘UN’ untuk menentukan masa depannya. Ada yang optimis tapi banyak pula yang pesimis.Bagi yang optimis tentunya mereka sudah mempersiapkan diri secara baik,sebaliknya bagi yang pesimis mulai resah dan ‘kasak-kusuk’ untuk mencari cari jalan pintas agar mereka bisa lulus. Hari-hari mereka dilalui dengan kecemasan,keputus asaan, seolah-olah hidup hanya untuk UN bukannya disikapi dengan bagaimana mempersiapkan diri secara maksimal tetapi dengan persiapan minimal untuk mendapatkan hasil maksimal plus ‘berjudi’ dengan nasib peruntungan.
Dalam menghadapi ‘sesuatu’ yang terkait dengan masa depan, apakah itu tentang pendidikan, pekerjaan, pernikahan, atau apapun yang terkait dengan adanya ‘menang atau kalah’,' bisa atau tidak bisa’ pasti ada kekhawatiran atau ketakutan yang menyerang kita .Ketidakpastian seringkali menghantui dan berakibat kegelisahan yang membuat kita tidak nyaman.Dalam terminologi lain,seringkali kita takut atau khawatir ‘keluar dari zona nyaman’. Selama ini kita telah terbiasa dengan apa yang kita lalui,seperti para remaja pada umumnya menonton film,jalan-jalan kemall, ngumpul bareng teman,tiba-tiba harus menghilangkan atau mengurangi kebiasaan tersebut,maka akan muncul rasa ketidaknyamanan dan itu adalah ‘manusiawi’.
Dan untuk menghadapi ‘problem’ atau masalah apapun yang mungkin muncul  maka ada tiga hal yang perlu dilakukan :
  1. Tumbuhkan keyakinan ‘bahwa tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya’. setiap
    manusia yang hidup pasti memiliki masalah, baik besar atau kecil,banyak
    atau sedikit. Problem adalah sesuatu yang konstan,yang akan terus terjadi
    sepanjang kehidupan kita, yang penting adalah bagaimana mengelola problem yang kita hadapi. Seperti
    halnya seorang pelajar maka suka atau tidak suka pasti akan selalu
    menghadapi evaluasi hasil belajar, apakah namanya UN ataupun sebutan yang
    lain, jadi yang namanya ‘evaluasi hasil belajar’ adalah sesuatu yang
    harus dihadapi oleh setiap pelajar.Oleh karena itu orang yang menghadapi
    suatu masalah harus mau dan mampu mengatasi masalahnya secara positif
    dan orang seperti ini digolongkan sebagai seorang ‘Risk Taker’. Risk
    Taker adalah seseorang yang berani memilih untuk mengahadapi problem
    dan menanggung resiko yang ada. Namun jangan disalah artikan keberanian
    memilih dan menghadapi problem tersebut bukan secara sembrono, tetapi
    melalui perhitungan yang cerrmat dan mengantisipasi sedini mungkin
    akibat yang mungkin timbul. Persiapan yang matang selalu disiapkan dalam
    menghadapai kemungkinan problem tersebut. Bagaimana mengelola problem tersebut yang menjadi fokus utama,bukan problem itu sendiri. Bagi mereka yang memiliki fikiran positif akan menganggap problem sebagai sarana untuk memperluas kapasitas diri dalam mencapai kehidupan yang
    optimal. Singkatnya bagaimana kita menjadikan ‘problem’ tersebut
    menentukan keberhasilan kita dalam mengelolanya.
     

  1. Jangan menghindari masalah yang ada, tetapi anggaplah masalah tsb adalah tantangan yang harus dihadapi.Setiap
    orang yang mempunyai ‘masalah’ harus belajar mengelola respon yang
    benar dalam menghadapi masalah .Dengan sederhana dapat dikatakan bahwa
    orang yang bertanggung jawab adalah orang yang tidak lari dari masalah
    atau mencari jalan pintas untuk lari dari masalah.Orang yang bertanggung
    jawab yang dimaksud disini adalah bukan berarti bahwa orang tersebut
    selalu berhasil dalam hidupnya,mungkin ia pernah gagal atau beberapa
    kali gagal.Tetapi ia terus mencoba untuk melakukannya lagi karena ia
    merasa bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya,baik untuk dirinya
    sendiri ataupun untuk keluarganya. Sebaliknya orang yang dikategorikan “Pencundang” (lari dari masalah) ditandai dengan :

  1.  
– mempunyai hobby ‘mengkambing hitamkan’ orang lain terhadap munculnya suatu ‘masalah’.

– mempunyai hobby ‘selalu menyalahkan situasi’.

– mempunayi hobby ‘selalu mencari alasan untuk membenarkan diri sendiri’

Seseorang dapat bertanggung jawab dan berhasil mengatasi problemnya apabila ia mau disiplin dan mau melakukan apa yang harus dilakukan,bukan apa yang mau dilakukan.

  1. Tumbuhkan dan tanamkan selalu sikap optimis dan buang jauh-jauh sikap pesimis. Orang yang optimis selalu berani menghadapi ‘perubahan’. Karena bagi
    orang yang optimis akan selalu memiliki keyakinan bahwa setiap
    masalah,setiap persoalan pasti ada solusi atau jalan keluarnya.Bagi
    orang yang optimis setiap kegagalan dianggap adalah merupakan proses
    pembelajaran untuk dapat memperbaiki diri agar dapat lebih baik
    lagi.Setiap ia jatuh,ia akan terus bangkit. Selama masih ada nafas bagi
    orang optimis berarti perjuangan tidak akan pernah berhenti.
Tulisan ini diharapkan dapat menjadi sumber motivasi bagi setiap orang yang membacanya,agar tidak takut,tidak putus asa,apalagi menyerah terhadap setiap masalah yang menghadang. Semakin sering kita menghadapi ‘masalah’ dalam artian tidak mencari-cari masalah, tentunya akan semakin mendorong kita kepuncak kesuksesan. Bukankah air tebu yang berasal dari tanah yang gersang airnya lebih manis,walaupun airnya sedikit dan seratnya keras karena sulit mencari air,dibandingkan dengan air tebu yang berasal dari tanah yang gembur dan banyak air,walaupun mungkin airnya lebih banyak dan seratnya lebih lunak tetapi rasanya anyep (tidak ada rasa manisnya).
Sumber : Web SMAN 3 Medan.

Penerimaan Peserta Didik Baru 2022